Rabu, 26 Maret 2014

Metode Ilmiah dan Sikap Ilmiah



Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris : scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai scientific method adalah proses berpikir untuk memecahkan masalah secara sistematis,empiris, dan terkontrol.
Metode ilmiah merupakan proses berpikir untuk memecahkan masalah
Metode ilmiah berangkat dari suatu permasalahan yang perlu dicari jawaban atau pemecahannya. Proses berpikir ilmiah dalam metode ilmiah tidak berangkat dari sebuah asumsi, atau simpulan, bukan pula berdasarkan  data atau fakta khusus. Proses berpikir untuk memecahkan masalah lebih berdasar kepada masalah nyata. Untuk memulai suatu metode ilmiah, maka dengan demikian pertama-tama harus dirumuskan masalah apa yang sedang dihadapi dan sedang dicari pemecahannya. Rumusan permasalahan ini akan menuntun proses selanjutnya.
Pada Metode Ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis
Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara sistematis dengan bertahap, tidak zig-zag. Proses berpikir yang sistematis ini dimulai dengan kesadaran akan adanya masalah hingga terbentuk sebuah kesimpulan. Dalam metode ilmiah, proses berpikir dilakukan sesuai langkah-langkah metode ilmiah secara sistematis dan berurutan.
Metode ilmiah didasarkan pada data empiris
Setiap metode ilmiah selalu disandarkan pada data empiris. maksudnya adalah, bahwa masalah yang hendak ditemukan pemecahannya atau jawabannya itu harus tersedia datanya, yang diperoleh dari hasil pengukuran secara objektif. Ada atau tidak tersedia data empiris merupakan salah satu kriteria penting dalam metode ilmiah. Apabila sebuah masalah dirumuskan lalu dikaji tanpa data empiris, maka itu bukanlah sebuah bentuk metode ilmiah.
Pada metode ilmiah, proses berpikir dilakukan secara terkontrol
Di saat melaksanakan metode ilmiah, proses berpikir dilaksanakan secara terkontrol. Maksudnya terkontrol disini adalah, dalam berpikir secara ilmiah itu dilakukan secara sadar dan terjaga, jadi apabila ada orang lain yang juga ingin membuktikan kebenarannya dapat dilakukan seperti apa adanya. Seseorang yang berpikir ilmiah tidak melakukannya dalam keadaan berkhayal atau bermimpi, akan tetapi dilakukan secara sadar dan terkontrol.
Sikap Ilmiah (scientific attitude)
Sikap ilmiah yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana perilaku keseharian yang ditunjukan oleh seorang peneliti atau ilmuwan dalam proses mempelajari, melaksanakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Sikap adalah jelmaan konsep dan prinsip yang tertanam dalam jiwa seseorang. Jiwa  yang penuh dengan konsep dan prinsip yang kokoh akan membentuk prilaku yang ditunjukan seseorang dalam keseharian gerak kehidupannya baik ucapan maupun perbuatan terhadap diri sendiri maupun juga orang lain atau masyarakat luas bahkan juga terhadap alam semesta. Jiwa yang membimbing pribadi untuk senantiasa selaras dalam harmoni alam semesta.
Sikap ilmiah secara  waktu dan tempat penggunaan dapat dibagi kepada dua  yaitu;

A.Sikap dan prilaku dalam Proses Keilmuan

Maksudnya adalah ketika seorang melakukan penelitian atau mempelajari ilmu harus lah mengikuti kaidah-kaidah keilmuan agar tidak terjadi bias dan kesalahan dalam membuat keputusan keilmuan yang menghasilkan teori atau hukum. Dengan demikian jika kaidah ini diabaikan maka sudah pasti teori yang dihasilkan akan menjadi lemah dan salah dipergunakan serta tidak dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan bisa menjadi prejudice dan kumpulan asumsi belaka yang tidak dibangun di atas proposisi yang kuat dan pembuktian melalui validitas dan reliabilitas yang terukur secara empiris pula.
Sebaliknya jika kaidah tersebut diikuti dengan benar maka proses keilmuan yang dilaksanakan bisa dipertanggungjawabkan meskipun teori yang dihasilkan bersifat lemah.
Telah diketahui bahwa tingkat kebenaran ilmu ditentukan oleh validitas dan reliabilitas yang keduanya terkadang berpulang kepada si peneliti atau ilmuwan sendiri sebagai subjek. Bagaimana si peneliti atau ilmuwan harus menguasai dan mengendalikan sumber-sumber kelemahan/kesesatan validitas dan reliabilitas, baik yang bersumber dari luar dirinya, muapun yang bersumber dalam dirinya sendiri. Oleh karena itu, untuk tujuan tersebut, banyak cendikiawan ilmu mengajukan unsur-unsur bagi peneliti atau ilmuwan tentang sikap ilmiah atau (scientific attitude) yang harus dimiliki dan menjadi ciri bagi peneliti. Secara pokok ada lima hal yang mencirikan sikap tersebut (meskipun ada pula yang menambahkan budi pekerti lainnya). Kelima hal tersebut adalah:
1. Sikap ingin tahu (curiosity) yaitu sikap bertanya/penasaran (bukan sok tahu) terhadap sesuatu karena mungkin ada hal-hal/bagian-bagian/unsur-unsur yang gelap, yang tidak wajar, atau ada kesenjangan. Hal ini bersambung dengan sikap-sikap skeptis, kritis tetapi objektif dan free or not from etique?
2.Skeptis (ragu-ragu) yaitu bersikap rag-ragu terhadap pernyataan yang belum terukur yang belum cukup kuat dasar-dasar pembuktiannya.
3.Kritis yaitu cakap menunjukkan batas-batas suatu soal, mampu membuat perumusan masalah, mampu menunjukkan perbedaan dan persamaan sesuatu hal dibandingkan dengan yang lainnya (komparatif), cakap menempatkan sesuatu pengertian pada kedudukannya yang tepat.
4.Objektif yaitu mementingkan peninjauan tentang objeknya, pengaruh subjek perlu dikesampingkan meskipun tidak sepenuhnya. Dengan kata lain, memang tidak mjungkin mencapai objektifitas yang mutlak.
5.Free from etique? Yaitu memang benar bahwa ilmu itu monologis, artinya mempunyai tugas menilai apa yang benar dan apa yang salah. Namun apakah tidak sebaiknya memperhatikan etika? Artinya memperhaitkan pula apa yang baik dan apa yang buruk bagi kemanusiaan. “scence is not only for science but also for people”. Mungkin masih ingat pula pandangan Eisntein terhadap ilmu yang harus normatif. Science without religion is blind, religion without science is lame.


                : http://normanohira.blogspot.com/2012/07/sikap-ilmiah-scientific-attitude.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar